Minggu, 10 Juli 2011

Optimalisasi Peran Pramuka melalui Saka dalam Membangun Peradaban Indonesia

50 tahun tentu bukanlah waktu yang singkat bagi sebuah organisasi di Indonesia, namun itulah Gerakan Pramuka. Pramuka tidak berafiliasi dengan kepentingna politik, namun pada kenyataannya justru tidak ada partai politik di Indonesia yang memiliki umur setua Pramuka. Pramuka memang dapat disebut sebagai wahana kaderisasi generasi Indonesia yang kuat religinya, mental, fisik, nasionalismenya, dan peka terhadap lingkungan sekitar, baik yang berupa organik maupun anorganik. Banyak nilai filosofi yang terkandung dalam proses pendidikan di dalamnya, misalnya poin-poin pada Syarat Kecakapan Umum (SKU) yang merupakan metode utnuk meningkatkan kualitas Pramuka sesuai standar golongannya yang dipadu dengan rangsangan prestasi yang penuh apresiasi dengan penandaan TKU. Pramuka sebagai organisasi yang progresif di Indonesia tentunya mempunyai peranan yang sangat besar dalam membangun peradaban Indonesia. Salah satu langkah yang ditempuh Gerakan Pramuka adalah membentuk Saka.

Saka atau Satuan Karya merupakan hasil kerja sama antara Gerakan Pramuka dengan Kementerian(d/h Departemen) maupun instansi yang membentuk suatu unit Pramuka dengan ranah kerja yang fokus di bidang tertentu. Sejarah mencatat hingga saat ini terhitung 8 Saka di lingkup nasional berhasil membuktikan bahwa keberadaannya tidak sekedar nama, tapi juga produktif. 8 Saka tersebut adalah :
  1. Saka Bhayangkara, kerja sama dengan Kepolisian Republik Indonesia
  2. Saka Bahari, kerja sama dengan TNI Angkatan Laut
  3. Saka Dirgantara, kerja sama dengan TNI Angkatan Udara
  4. Saka Taruna Bumi, kerja sama dengan Kementerian Pertanian
  5. Saka Wanabakti, kerja sama dengan kementerian Perhutanan
  6. Saka Wira kartika, kerja sama dengan TNI Angkatan Darat
  7. Saka Kencana, kerja sama dengan Badan Keluarga Berencana nasional
  8. Saka Bakti Husada, kerja sama dengan kementerian kesehatan
Selain kedelapan saka tersebut, terdapat pula saka-saka yang bersifat lokal, diantaranya
  • Saka Telematika, kerja sama Kwarda Jawa Barat dengan PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk
  • Saka PanduWisata, ada di jawa Tengah, fokus di kepariwisataan
  • Saka Bina Sosial, ada di Jawa Tengan
  • Saka Pustaka, ada di Purworejo, Jawa Tengah


Lantas, sejauh manakah realisasi itu semua? apakah eksistensi saka-saka itu sekedar "nama" tanpa tindakan?
Pertama kita pahami hakikat membangun peradaban di Indonesia itu sendiri bahwa ada banyak aspek di dalamnya, seperti teknologi, sosial, pertanian, kelautan, ketahanan, pendidikan dll. Di sinilah metode Pramuka melalui Saka diterapkan dengan menjadikan Saka sebagai solusi atas kebutuhan dalam membangun peradaban Indonesia di bidang masing-masing. Dengan kata lain, pembentukan Saka sesuai dengan bidang peradaban yang perlu untuk dibangun di Indonesia ini.

Misalnya saja Saka Telematika yang meskipun baru ada di lingkup Jawa Barat. Saka ini merupakan jawaban atas kebutuhan SDM yang cakap berteknologi serta memiliki wawasan nasional, intelektual, spiritual yang kuat sebagaimana tujuan dari Pramuka itu sendiri. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) merupakan bidang yang saat ini "booming" sebagai fasilitas yang mempermudah manusia dalam kesehariannya. Hampir di tiap instansi pemerintahan maupun lembaga swasta, komputer, handphone telah menjadi kebutuhan wajib (walau tak tertulis). Namun penyalahgunaan produk TIK serta masih rendahnya kreasi dan inovasi produk TIK dari negeri inilah yang menjadi permasalahan di Indonesia. Dan Pramuka yang sadar akan hal tersebut pun menyatakan diri utnuk ambil bagian menjadi solusinya melalui pembentukan Saka Telematika. Di sinilah diharapkan permasalahan tersebut dapat teratasi. Tidak instan karena diperlukan konsistensi, namun bukan berarti Pramuka akan mengundurkan diri dalam keaktifannya berperan membangun peradaban Indonesia dalam aspek TIK. Apakah mungkin nantinya Saka Telematika akan menciptakan produk TIK yang menasional, atau bahkan diekspor ke negara lain? itu bukan hal yang mustahil. Atau mungkin kembali ke sejarah dimana pendirian Saka Taruna Bumi yang memfasilitasi pertanian di Indonesia dengan SDM dari Pramuka yang terampil di bidang agraria. Kondisi di Indonesia yang saat itu cukup labil pasca revolusi pimpinan RI dimana krisis pangna melanda rakyatnya. Di sinilah Saka Taruna Bumi ikut serta dalam membangun peradaban di Indonesia pada aspek pertanian. Dan melalui konsistensilah akhrinya Indonesia berhasil meraih swasembada pangan. Dua saka tersebut barulah sekelumit kisah yang masih secara umum dipaparkan. Keberadaan saka-saka yang bisa jadi akan terus bertambah, bukan berarti mengkotak-kotakkan Pramuka maupun memecah belah Pramuka. Sebaliknya ada salah satu konsep dalam memecahkan masalah yang kompleks dengan membagi masalah tersebut ke masalah-masalah yang lebih kecil per bidangnya lalu dilakukan penempatan anggota tim sesuai bidang keahlian pada masalah, istilah ini dikenal dengan "the right man in the right place". Konsep ini yang diterapkan Pramuka, ada pramuka yang telah terlatih di bidang kelautan dan dialah ujung tombak solusi permasalahan di kelautan Indonesia, misalnya pengelolaan hasil laut yang belum maksimal. Pembagian penyelesaian masalah perbidang ini pun bukan berarti menutup kerja sama antarsaka, dimana kolaborasi antarsaka juga solusi atas permasalahan di Indonesia yang saling terkait.

Dalam kaitannya membangun peradaban Indonesia yang terdiri dari berbagai aspek/bidang, maka diperlukan pula peran pramuka sesuai dengan kecakapan/keahliannya masing-masing. Di sinilah konsep saka diterapkan dimana tiap saka yang ada tidak hanya untuk menyelesaikan permasalahan yang ada, tapi juga sebagai wahana untuk mengeksplotasi diri dan sakanya utnuk andil dalam membangun peradaban Indonesia. Saka bhayangkara yang turut andil dalam penegakan tertib berlalu lintas tentunya memiliki ide-ide dalam mengembangkan tata tertib berlalu lintas yang aman dan efektif untuk diterapkan di Indonesia. Ataupun Saka Bakti Husada yang tidak hanya berperan sebagai unit bantuan penanganan korban bencana, tapi juga mampu mengadakan riset mengenai kesehatan yang tepat guna di Indonesia. Begitupun saka-saka lainnya. Sesuai judul yang diawali kata "optimalisasi", maka perlu dipahami bahwa saka bisa menjadi ujung tombak dalam menerapkan kebermanfaatan Gerakan Pramuka Indonesia. Salah satu titik utamanya adalah kondisi di saka yang jangan sampai stagnan dan membosankan. Kreativitas anggota saka perlu dipacu agar dapat berkarya, sesuai namanya satuan "karya".

Satu Pramuka untuk Satu Indonesia merupakan kalimat yang sering didengungkan belakangan. Kita cermati bahwa Pramuka adalah suatu kesatuan yang terdiri dari berbagai keanekaragaman pemikiran, adat, latar belakang, namun itu bukan jadi alasan untuk memecah diri. Konsep saka dengan bidang masing-masing pun bukan berarti ada banyak Pramuka di Indonesia, sebaliknya saka-saka yang ada merupakan wujud kefleksibelan Pramuka dalam mengakomodasi kekuatan yang dimilikinya dengan tetap berpegang pada Prmauka itu sendiri sebagai dedikasi aktif untuk membangun peradaban sebuah negara, yaitu Indonesia, untuk menggapai kejayaannya.

Arfive Gandhi